Posted by: Wb Merdeka | November 21, 2011

Descartes dan Kritik Epistemology

I. DESCARTES “Mengenal Tuhan Lewat Rasionalisasi Epistemologis”

A. Tuhan dalam Perspektif Epistemology Descartes

Ungkapan yang terkenal dari Descartes adalah  “Ego cogito, ergo sum, sive existo” atau “aku berfikir maka aku ada (bereksistensi)”. “Cogito” yakni berfikir atau kesadaran dalam filsafat Descartes dijamannya telah menggeser posisi wahyu Allah sebagai sumber pengetahuan yang benar seperti diajarkan dalam abad pertengahan.

Dalam ungkapannya itu pula, Descartes menjelaskan tentang kesadaran dalam diri manusia tentang Tuhan. Lewat jalan pemikiran kesadaran dalam diri manusia ini, Descartes tidak menetapkan bahwa kitab suci sebagai kebenaran dalam membuktikan kebenaran adanya Tuhan.

Manusia, menurut Descartes dapat menerima Tuhan bukan lewat dunia luar manusia melainkan lewat dalam diri manusia, yakni lewat jalan “cogito” atau kesadaran dalam diri manusia. Dalam hal ini ada dua jalan yang bisa ditempuh manusia yakni;

a) Jalan pertama, secara causal prima atau sebab-akibat. Menurut Descartes bahwa ide kesempurnaan Tuhan itu, asalnya disebabkan oleh karena fakta bahwa manusia senantiasa mau mencari kebenaran dan kesempurnaan pengetahuan. Namun, dalam pencariannya ini manusia dihadapkan dalam suatu problematika, yakni keterbatasan manusia dalam mendapatkan kebenaran dan kesempurnaan pengetahuan tersebut. Fakta ini menurut Descartes, disebabkan karena Tuhan telah menanamkan ide kesempurnaan itu dalam diri manusia. Ide tentang Allah ini (kesempurnaan dan kebenaran) menurut Descartes merupakan ide bawaan dari manusia.

b) Jalan kedua, secara ontologis. “Existo” atau Ada (eksistensi).  Menurut Descartes, jika manusia itu mengatakan bahwa Allah itu sempurna, maka setidak-tidaknya ada sebuah entitas yang riil eksistensinya (yang menunjukkan keberadaannya). Karena bagi Descartes tidak mungkin suatu sifat itu berdiri sendiri tanpa ada sebuah objek atau predikat yang menyandangnya. Maka bagi Descartes Allah itu ada dan bereksistensi.

Allah bagi Descartes memang berkenaan dengan ide tentang kebenaran dan kesempurnaan pengetahuan. Namun tidak hanya itu (menurutnya), paham Allah juga berkaitan erat dengan kapasitas moral Allah, yakni bahwa Allah itu maha baik dan bisa diandalkan.

 

B. Kritik atas Epistemologi Descartes

Dalam pandangan Descartes seperti yang sudah di ketahui, yakni mengenal Tuhan dalam cara causal prima. Jadi dalam pandangan ini segala sesuatu yang ada di dunia ini karena adanya Tuhan, maka segala yang terjadi di dunia ini penyebabnya adalah Tuhan pula bukan? Jadi segala sesuatu apa itu baik atau buruk berasal dari Tuhan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh rekan saya, seorang ateis berasal dari Surabaya yakni Bapak Alex Zulkarnaen dalam sebuah diskusi saya. Beliau berkata demikian pula adanya. Berikut adalah petikan dari diskusi saya tersebut dengan beliau dalam menyikapi pandagan Descartes tersebut!

“Ingat suatu teori kausal prima!, teori kausal prima itu gini; semua…semua yang terjadi dibumi ini atas kehendak Tuhan. Tuhan adalah sebab dari segala masalah. Maka dari teori ini tidak bisa diterima Tuhan. Jadi ada bencana itu dari Tuhan, apa-apa dari Tuhan. Jadi manusia tidak bisa disalahkan. Manusia menjadi kafir pada Tuhan misalnya, Tuhan sendiri yang harus berfikir kenapa manusia harus jauh dari Dia”.

     “Ya.. seperti itu. Sama halnya ketika manusia di tuntut kesetiaannya pada Tuhan, tapi apakah Tuhan sudah memberikan yang terbaik bagi manusia?. Perang misalnya!”.

     “Secara rasioanal itu konsep salah. Tidak ada Tuhan, konsepnya sudah rancu”.

 

Jadi jelas bahwa konsepsi Ketuhanan yang pertama seperti yang dikemukakan oleh Descartes ini gugur bukan? Jadi tidak pernah akan ada Tuhan. Dan kalaupun ia ada maka seperti halnya yang dikemukakan oleh Huxley, yakni bahwa “… bahwa Tuhan adalah orang yang pertama akan masuk neraka atau Dia adalah orang yang pertama masuk syurga…” . Mengapa? Seperti dalam diskusi kami pula rekan saya bapak Alex mengemukakan demikian ;

“… Sebab Dia (Tuhan) yang menciptakan perang, Dia yang membuat semua ini terjadi, maka dialah  harus yang pertama kali diadili. Mengapa harus menjatuhkan sanksi pada setan. Setan-pun dari Tuhan. Maka perkataan yang rasional adalah Tuhan adalah orang yang pertama kali masuk syurga dan Dia adalah orang yang pertama masuk neraka. Dan Tuhan..Harus mengadili dirinya sendiri juga terlebih dahulu sebelum mengadili anda, bapak ini, dan saya. Dia harus mengadili dirinya sendiri. Mengapa situasinya terjadi seperti ini?”.

 

Berdasarkan hal tersebut tentunya kita tahu bahwa, kami (kaum ateis) benar-benar menolak eksistensi Tuhan, bila konsepsi Tuhan tersebut seperti halnya yang dikemukakan oleh Descartes tersebut.

Penolakan terhadap konsepsi kedua yang ditawarkan oleh Descartes yakni dalam perspektif ontologis. Yakni dengan melihat bahwa entitas tertinggi sebagai perwujudan atau eksistensi Tuhan, yang lebih disebabkan karena tidaklah mungkin suatu entitas tanpa objek atau predikat yang menyandangnya, maka dalam hal ini saya melihat bahwa konsepsi Ketuhanan ini memang benar-benar muncul dri pikiran manusia, jadi perwujudan Tuhan adalah sebuah berhala buatan manusia bukan?

Penolakan kedua terhaap konsepsi kedua dari Descartes adalah jelas bahwa sannya seperti yang diutarakan baik oleh Feuerbach maupun Karl marx, yakni teralienasinya manusia dari dirinya sendiri. Entitas yang dulunya milik manusia bisa menjadi milik Tuhan, bila hal ini sebelumnya belum di temukannya entitas yang lebih tinggi dari entitas sebelumnya yang tinggi tersebut.

Segala yang tinggi milik Tuhan, lalu bagaimana dengan manusia? Bukankah manusialah yang pada awalnya menemukan entitas tertinggi tersebut? Lalu mengapa serta merta di berikan atas nama Tuhan? Maka dalam hal ini manusia teralienasi dari dirinya sendiri.


Responses

  1. Jika seseorang yang tak mengerti makna arti KETUHANAN, ia akan bicara ngaur dan selalu menyalah kan tuhan. Allah swt, Maha Kuasa ,kehendahNya bebas Dia ingin berbuat apa saja kepada mahluk ciptaanNya sendiri. Keinginan seorang menjadin atheisme pun itu sudah menjadi sencana Allah dan suatu pembelajaran bagi hamba-hambaNya yang beriman kepadaNya meskipun itu tidak dapat dilihatnya, itulah ujian.Ada orang kafir ada orang murtat ada orang munafik itu semua adalah khendak Allah yang tak terbantahkan itu adalah rencana Allah dan hanya Allah dan orang-orang yang beriman sajalah yang akan mengerti hakekat kehidupan ini dan perumpamaan-perumpamaanNya.

  2. memang kalau semua dari tuhan apakah anda pernah meminta agar diberi petunjuk? ataukah menunggu supaya Tuhan membuat anda meminta seperti itu? menurutku anda lebih cocok dipanggil apatis.
    apatis -> tdk berkembang -> tdk ada ilmu -> masih sempatnya jga mikir tuhan tanpa ilmu

  3. manusia bisa berpikir gunung tidak ada, tapi itu tidak membuat eksistensi gunung tidak ada. if you know what i mean .pikiran manusia memang terbatas dengan apa yg pernah mereka lihat ,betapa lemahnya manusia. … masih mau menunggu agar tuhan membuat anda diberi petunjuk?


Leave a reply to anto Cancel reply

Categories